Pilas Community

Pilas Community

Sabtu, 06 November 2010

MENIMBANG IDENTITAS MAHASISWA Oleh : Noho Marehe



BAGAIMANAKAH cara untuk mencintai budaya kita.sendiri? Kita harus lebih awal membangun kebersamaan dan solidaritas. Untuk membangun kebersamaan, harus berawal dari komunikasi yang rasional dan santun. Dari situlah akan diketahui identitas diri yang sebenarnya, hanya identitaslah yang akan membentuk karakter seseorang, dari sinilah seseorang bisa mengetahui budaya sebenarnya yang harus di pertahankan dan diikuti.  
Identitas seseorang, sebenarnya sudah terbentuk di dalam dirinya sendiri tetapi realitas yang kita lihat khususnya, masyarakat kampus. terkadang tidak memahami identitas yang akhirnya berperilaku cakadidi (khususnya kelompok hedonis). Kenapa dikatakan demikian, karena yang kita tahu masyarakat kampus adalah masyarakat ilmiah, dimana bisa membedakan hal-hal buruk dan baik.
Pandangan Jurgen Habermas dalam bukunya The Theory of Communicative Action (1984), tentang terbentuknya identitas seseorang, mungkin perlu dicermati. Habermas menunjuk kepada prinsip immanent di dalam sejarah yang menuntut tingkah laku manusia, untuk terbentuknya identitas seseorang bukan berarti terletak pada diri seseorang akan tetapi tergantung pada tatanan intersubjektif (suatu perilaku subyektif yang terlahir dalam diri seseorang).
Untuk membentuk identitas diri, seseorang harus melewati tahapan atau membentuk communicative action (tindakan komunikatif). Identitas seseorang juga bukan sesuatu hal yang datang dari luar akan tetapi sudah terbentuk di dalam dirinya, atau dalam konteks aktivitas sosialnya,.tergantung seseorang itu mampu tidak memposisikan diri.
Identitas juga bukan sesuatu hal yang di buat-buat tetapi sesuatu yang di peroleh dan dikembangkan melalui komunikasi dan interaksi di dalam masyarakat yang berbudaya. Kebudayaan itu sendiri merupakan konstruksi dari seseorang dan harus mempunyai pikiran yang rasional untuk membentuk perilaku yang baik dan santun di dalam hidup bersama masyarakat.
Mengapa masalah identitas merupakan suatu tuntutan di dalam kehidupan masyarakat modern? Di dalam pergaulan terbuka dalam era globalisasi tidak mungkin seseorang tidak mempunyai bukti-bukti objektif mengenai identitas dan jati diri seseorang.
Kita bisa melihat sendiri, kenapa budaya-budaya lokal kita mulai hilang, hal ini –boleh saja--karena terpengaruh oleh budaya dari luar, yang pada akhirnya lebih condong dengan budaya-budaya yang dikonstruksi dari luar ketimbang budaya kita sendiri. Kita ketahui bahwa kebudayaan bukanlah suatu entitas yang statis, maka budaya yang akan mengalami perubahan atau tidak itu  tergantung pada masyarakat yang mengetahui akan budayanya. Akan tetapi bicara persoalan budaya kita harus lebih awal membangun solidaritas dan kebersamaan seperti yang dikatakan Leo Tolstoy (1828) seorang novelis dunia, yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari kekuatan-kekuatan sosial yang telah membentuk watak individu.
       
Identitas, Integritas, Spiritualitas
                                                                                     
            Jangan kemudian bangga diri bahwa kita berada di komunitas yang nota bene masyarakat berbudaya (masyarakat kampus), karena sesungguhnya masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang memang sudah mengetahui identitas sebenarnya. Sementara kita masih berada di wilayah-wilayah yang memang tidak peduli akan identitas. Berbudayakah masyarakat kampus kita? Sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban kita semua.
            Bicara soal budaya kita harus lebih dulu mengetahui identitas. Dari identitas kita bisa mendorong nilai-nilai kebudayaan. Muncul pertanyaan, kenapa identitas sangat penting? Seseorang yang hidup tetapi tidak mengetahui identitasnya maka dirinya bisa saja keropos dan hancur. Jadi, dapat dikatakan, budaya membentuk identitas kita.
            Kita bisa melihat fenomena yang terjadi di kampus, sebagian mahasiswa yang memang belum terbentuk watak akademiknya, pada akhirnya berkarakter cakadidi, dan tidak berpendirian sebagai mahasiswa. Berapa banyak yang meminta nilai tanpa harus melalui proses kompetensi yang ketat. Semua diperoleh dengan gampang tanpa bersusah-payah dalam proses. Ini karena mereka belum memahami identitas yang sebenarnya selaku mahasiswa. Soal ini, memang belum ada riset, tetapi kenyataan yang kita saksikan demikian adanya. Di Maluku Utara, mahasiswa “tanpa identitas diri” bukan lagi rahasia umum, bergentayangan di kampus-kampus, cari nilai dan cari gelar.
            Berawal dari sini, perlu ditegaskan akan pentingnya kesadaran diri, karena tanpa kesadaran diri, seseorang tidak bisa membedakan dunia binatang dan dunia manusia. Kesadaran diri merupakan suatu tuntutan yang harus di miliki dalam kehidupan seseorang, inilah yang dimaksudkan dengan integritas. Identitas juga merupakan kemampuan untuk berpikir dan menentukan keberadaan integritas. Adagium terkenal dari Rene Descartes “Aku berpikir maka aku ada” merupakan ungkapan filosofi tentang keberadaan manusia karena kemampuan berpikirnya untuk mengolah integritas dan identitas dirinya.
            Senada dengan itu, sebuah ungkapan bijak dikatakan Prof. A. Syafii Maarif bahwa orang yang tidak memiliki integritas, ibarat tidak memiliki jangkar spritualitas, akan berubah menjadi masyarakat agraris. Dalam kaitan ini kesadaran identitas seseorang sangat penting demi membentuk dan menambah pengetahuannya, yakni dengan mampu membangun kemampuan integritas dan identitas diri berlandaskan nilai-nilai spiritualitas.
            Tetapi terkadang ada yang mencoba menyembunyikan identitas diri sebenarnya, bahkan ada yang tidak mengakui identitasnya, padahal seseorang seharusnya lebih mengangkat identitasnya, karena dari situ seseorang akan membentuk kemampuan dan pengetahuan, termasuk melakukan persaingan intelektual dan bisa berpikir global.
Seseorang bila tidak mengetahui identitas dirinya maka bisa saja akan mengalami involusi budaya, suatu kebudayaan yang tidak mengalami kemajuan dan kemunduran tapi justru keropos. Seseorang yang hidup kemudian tidak mengetahui identitasnya, maka seseorang itu mudah terjebak dengan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan, apa lagi kita sebagai seorang mahasiswa. Identitas juga membentuk mental untuk bekerja sama dalam melakukan perubahan sosial.
Ketika kita melakukan sesuatu tanpa mengetahui identitasnya, maka yang kita lakukan bisa saja hanya seremonial belaka. Dari itu, ketika kita berfikir dan bersandarkan dengan identitas, maka seseorang juga akan mampu memposisikan diri sebagai seorang yang berintelektual dan berintegritas.           
Sheldon Stryker (1980) dalam teori identitas mencoba mengombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self (dari teori interaksi simbolis). Stryker menyebutkan, bagi setiap peran yang kita tampilkan dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mempunyai definisi tentang diri kita sendiri yang berbeda dengan diri orang lain, yang oleh Stryker dinamakan identitas. Jika kita memiliki banyak peran, maka kita memiliki banyak identitas.
Perilaku kita dalam suatu bentuk identitas, dipengaruhi oleh harapan peran dan identitas diri kita, begitu juga perilaku pihak yang berinteraksi dengan kita. Teknologi informasi yang kita pakai, akan menentukan sejauh mana kita mendefinisikan diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain.
            Maka dari itu, untuk mengetahui identitas, kita perlu evaluasi diri baik sebagai mahasiswa maupun masyarakat. Jangan hanya berpikir sesaat atau pada hari ini saja tetapi akhir dari sebuah proses kita akan berbuat apa. Hendaknya kita mampu memperhitungkan sendiri apa yang telah dan akan kita lakukan, karena sesungguhnya hari ini bukan hari esok.
            Kekhawatiran dalam benak penulis, adalah mahasiswa  yang kemudian tidak mengetahui identitas dirinya, maka kita bisa mengalami kebangkrutan budaya dan krisis intelektual. Kemudian ilmu yang kita dapatkan dari kampus maupun diluar kampus akan tidak berarti apa-apa. Atau jangan-jangan justru dari lingkungan kampus kita-lah yang membuat kebudayaan itu keropos.
Mari kita bertanya, sudahkah kita punya identitas diri sebagai mahasiswa yang berbudaya?[]    

1 komentar:

  1. Ass Noho,

    Tulisan yg sangat menarik. Mencerahkan. Kalimat terakhir dengan "tanda tanya". Bagi-bagi ya jawabannya...

    Salam, teman lama Anda dan Pilas
    Basri -

    BalasHapus